Kamis, 29 Januari 2009

Lemah lembut dan menahan amarah


ﺍﻠﺴﻼﻡﻋﻠﻴﻛﻡ ﻮﺭﺤﻤﺔ ﺍﷲﻮﺒﺮﻛﺘﻪ

Kelemah lembutan adalah akhlak mulia. Ia berada diantara dua akhlak rendah dan jelek, yaitu kemarahan dan kebodohan. Bila seorang hamba menghadapi masalah hidupnya dengan kemarahan dan emosional, akan tertutuplah akal dan pikirannya yang akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang tidak diridhoi Allah ta’ala dan Rosulnya. Dan jika hamba tersebut menyelesaikan masalahnya dengan kebodohan dirinya, niscaya ia akan dihinakan manusia. Namun jika dihadapi dengan ilmu dan kelemahlembutan, ia akan mulia disi Allah ta’ala dan makhluk-makhluknya. Orang yang memiliki akhlak lemah lembut, insya Allah akan dapat menyelesaikan problema hidupnya tanpa harus merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

Melatih diri untuk dapat memiliki akhlak mulia ini dapat dimulai dengan menahan diri ketika marah dan mempertimbangkan baik-buruknya suatu perkara sebelum bertindak. Karena setiap manusia tidak pernah terpisahkan dari problema hidup. Jika ia tidak membekalinya dengan akhlak ini, niscaya ia akan gagal dalam menyelesaikan problemanya.

Demikian agungnya akhlak ini sehingga rosullullah memuji sahabatnya Asyaj Abdul Qais dengan sabdanya : “Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah yakni sifat lemah lembut (sabar) dan ketenangan (tidak tergesa-gesa)”. (HR Muslim)

Akhlak mulia ini terkadang diabaikan oleh manusia ketika amarah telah menguasai diri mereka, sehingga tindakannya pun berdampak negative bagi dirinya ataupun orang lain. Padahal Rosulullah sudah mengingatkan dari sifat marah yang tidak pada tempatnya, sebagaimana beliau bersabda kepada seorang sahabat yang meminta nasehat : “Janganlah kamu marah” Dan beliau mengulanginya lagi berkali-kali dengan bersabda : “Janganlah kamu marah”.(HR Bukhari) Dari hadits ini diambil faedah bahwa marah adalah pintu kejelekan, yang penuh denga kesalahan dan kejahatan, sehingga rosullullah mewasiatkan kepada sahabatnya itu agar tidak marah. Tidak berarti manusia dilarang marah secara mutlak. Namun marah yang dilarang adalah marah yang disebabkan oleh hawa nafsu yang memancing pelakunya bersikap melampaui batas dalam berbicara, mencela, mencerca dan menyakiti saudaranya dengan kata-kata yang tidak terpuji, yang mana sikap ini menjauhkannya dari kelemahlembutan.

Didalam hadits yang shahih Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Bukanlah dikatakan seorang yang kuat itu dengan bergulat, akan tetapi orang yang kuat dalam menahan dirinya dari marah” (Muttaquu’alahi). Ulama telah menjelaskan cara menyembuhkan penyakit marah yang tercelah yang ada pada seorang hamba, yaitu :

  1. Berdoalah kepada Allah, yang membimbing dan menunjuki hamba-hambaNya ke jalan yang lurus dan menghilangkan sifat-sifat jelek dan hina dari diri manusia. Allah ta’ala berfirman : “Berdoalah kalian kepadaku niscaya akan aku kabulkan.” (Ghafir:60).

  2. Terus menerus berdzikir pada Allah seperti membaca Al-Quran.

  3. Mengingat nash-nash yang menganjurkan untuk menahan marah.

  4. Merubah posisi ketika marah, jika ia marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, jika ia duduk maka hendaklah ia berbaring.

  5. Berlindung dari setan dan menghindar dari sebab-sebab yang akan membangkitkan kembarahannya.


ﻮﺍﻠﺴﻼﻡﻋﻠﻴﻛﻡ ﻮﺭﺤﻤﺔ ﺍﷲﻮﺒﺮﻛﺘﻪ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© design by Kang Rohman